skip to Main Content
CEO Grab Bicara Tentang Platform Terbuka Dan Pengembangan Bisnis Di Masa Depan

CEO Grab Bicara tentang Platform Terbuka dan Pengembangan Bisnis di Masa Depan


Ikhtisar
  • Grab tak hanya ingin sekadar menyediakan berbagai jenis layanan saja, tapi fokus untuk menyelesaikan masalah yang relevan dengan penggunanya.
  • Berbekal layanan transportasi dan logistik yang dimiliki Grab, kini mereka mulai merambah ke sektor-sektor lain sesuai dengan kebutuhan para pengguna yang makin meluas.
  • Dengan konsep super app, platform terbuka, dan Grab Ventures, Grab ingin mendorong kolaborasi berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah pengguna lewat platform miliknya.

Sebagai salah satu penyelenggara layanan transportasi berbasis aplikasi online terbesar di Asia Tenggara, Grab berkembang dari sebuah startup yang simpel hingga menjadi perusahaan multinasional dengan ribuan karyawan di berbagai penjuru negeri.

Pencapaian ini bukan suatu hal yang mudah diraih oleh Anthony Tan, Co-founder sekaligus CEO dari Grab. Berawal dari pengembangan aplikasi pemesanan taksi sederhana bernama MyTaxi, Grab tengah bertansformasi menjadi super app untuk aneka layanan berbasis logistik dan transportasi.

Bersamaan dengan deklarasi Grab sebagai layanan transportasi dan logistik online dengan platform terbuka, saya berkesempatan mewawancarai Anthony Tan mengenai alasannya menerapkan konsep super app, strategi Grab Ventures, serta tanggapan atas kompetitor. Tak ketinggalan pula, apa rintangan terbesar yang telah dilalui Grab selama enam tahun terakhir.

Super app sebagai tuntutan memenuhi kebutuhan konsumen

Dengan diperkenalkannya GrabPlatform sebagai strategi platform terbuka, salah satu hal pertama yang ingin ditekankan Tan adalah fokus Grab sebagai layanan yang dapat memberikan nilai lebih kepada para penggunanya.

“Salah satu tujuan yang ingin Grab capai melalui pengembangan super app ini adalah fokus kepada pemenuhan kebutuhan harian, di mana awalnya adalah transportasi. (Baru kemudian) tujuan tersebut kami kembangkan bertahap ke arah pemenuhan kebutuhan lain seperti makanan, dan sekarang menuju pembelian groceries.” ungkap lulusan Harvard yang juga teman kuliah CEO GO-JEK, Nadiem Makariem, ini.

Tan menjelaskan bahwa Grab perlu merambah ke layanan di luar transportasi karena tuntutan kebutuhan pengguna yang terus berkembang dari layanan yang satu ke layanan lainnya. Dinamika perkembangan pola konsumen ini juga yang mendasari kehadiran layanan Grab lainnya, seperti GrabFood dan GrabExpress yang fokus kepada kebutuhan pengantaran logistik.

Adalah hal penting bagi kami untuk menyediakan layanan yang relevan kepada pengguna. Bukan sekadar menjadi yang bisa segalanya.

Anthony Tan,
CEO Grab

Jauh sebelum merambah ke layanan logistik dan finansial, Grab pertama kali memperluas layanannya dengan menghadirkan GrabCar pada Mei 2014, berdekatan dengan momen memasuki pasar Indonesia. Perkembangan ini lalu diikuti dengan layanan GrabBike yang saat itu masih “menumpang” aplikasi utama GrabTaxi, sebelum rebranding aplikasi Grab di awal 2016 silam.

Saat ini Grab memiliki tiga fokus layanan meliputi ranah transportasi, marketplace logistik, serta layanan fintech seperti microfinancing dan payment. Meskipun keberagaman produk yang mereka sajikan tidak sevariatif GO-JEK, namun Grab tetap optimis bisa “mengejar” kekurangan ini lewat strategi platform terbuka. Contohnya lewat layanan GrabFresh (bersama HappyFresh) yang menjalani masa uji coba di Indonesia pada Juli 2018.

Grab Ventures sebagai pendekatan platform terbuka Grab

Dengan dana investasi senilai US$1 miliar (sekitar Rp14 triliun) yang mereka terima dari Toyota pada Agustus 2017 silam, Grab memiliki kemampuan finansial yang begitu besar. Kantong yang cukup dalam tersebut membuat mereka tidak perlu terburu-buru menjadi perusahaan terbuka dalam beberapa waktu ke depan.

Tan mengakui kepercayaan yang diberikan Toyota tersebut memberikan keuntungan yang begitu besar bagi pihaknya untuk memulai berbagai macam rencana strategis lainnya. Salah satunya adalah inisiatif pendanaan startup yang mereka jalankan melalui Grab Ventures untuk mendorong kolaborasi dua arah antara Grab (selaku pemodal) dengan startup ke dalam ekosistem platform terbuka.

Tdak hanya mentorship dan pendanaan saja, kami sekarang memberikan mereka bantuan teknologi dan jaringan kami untuk membantu mereka scale-up.

Anthony Tan,
CEO Grab

Sejak resmi diumumkan bulan Juni 2018 lalu, Tan mengungkapkan telah memulai inisiatif pendanaan Grab Ventures kepada startup yang identitasnya hingga kini masih dirahasiakan. “Kami mengupayakan perkembangan ini dalam bentuk kolaborasi agar bisa tumbuh bersama-sama, seperti halnya yang Grab lakukan bersama Kudo tahun lalu,” tambahnya.

Kompetitor, tantangan, dan perspektif atas perkembangan Grab

Sebagai salah satu pelaku di ranah transportasi berbasis aplikasi online yang beroperasi di Asia Tenggara, Grab masih perlu mengantisipasi persaingan dari pihak kompetitor. Terutama dari GO-JEK yang sedang mempersiapkan ekspansi ke Vietnam dan Thailand.

Tan tidak merasa terancam terhadap kompetitornya, namun justru diuntungkan karena ini memicu persaingan sehat untuk mendorong inovasi produk yang lebih baik lagi dari pihak Grab. “Kami selalu terbuka dengan segala jenis persaingan yang ada. Pada akhirnya, dinamika ini justru mendorong kami agar bisa lebih baik lagi.”

Pencapaian yang diraih oleh Grab tak lepas dari berbagai upaya yang mereka lakukan baik dari strategi bisnis, ekspansi layanan, hingga inovasi. Semuanya didasari oleh persaingan antara sesama pelaku bisnis transportasi online selama enam tahun terakhir.

Anthony Tan ketika mewakili Grabtaxi di acara Startup Asia Jakarta 2014

Tan mendorong agar founder lain benar-benar menyelesaikan masalah melalui produk yang mereka kembangkan. Menurutnya, hal inilah yang menjadi katalis pertumbuhan Grab, hingga memutuskan diri menjadi super app untuk segala macam layanan di masa mendatang.

“Saya pikir pertama-tama, setiap startup yang ingin sukses harus fokus pada pemecahan masalah nyata. Untuk Grab sendiri, kami memulai dengan misi untuk membuat transportasi lebih aman.”

Tan menambahkan bahwa apabila pencarian solusi dari permasalahan ini dilakukan secara benar, proses lain seperti model bisnis dan investasi secara perlahan akan mengikuti perkembangan startup dengan sendirinya.

“Saya rasa dengan situasi Grab saat ini, kami merasa sangat beruntung sehingga menjadi dorongan bagi saya untuk memanfaatkan posisi istimewa ini agar bisa memberikan dampak yang lebih besar lagi di masa depan,” tutup Tan.

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

This post CEO Grab Bicara tentang Platform Terbuka dan Pengembangan Bisnis di Masa Depan appeared first on Tech in Asia.

The post CEO Grab Bicara tentang Platform Terbuka dan Pengembangan Bisnis di Masa Depan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: TechinAsia

Back To Top