skip to Main Content

Seberapa Penting dan Cara Membangun Tim Kreatif untuk Startup?

Mengembangkan usaha rintisan menjadi perusahaan besar bukanlah hal yang mudah. Tahapan yang perlu dilalui mulai dari merancang ide produk hingga merilisnya ke pasar adalah proses kreatif yang panjang dan melibatkan seluruh anggota tim.

Startup yang baru berdiri biasanya berisi tim kecil dan masih melakukan semuanya sekaligus. Seiring berjalannya waktu, mereka kerap menggalang pendanaan untuk meningkatkan skala bisnis, termasuk mengembangkan tim. Ketika startup berupaya berkembang inilah akan muncul pertanyaan ; perlukah membangun tim kreatif khusus?

Kreativitas ada sejak hari pertama

Muhammad Yuka Harlanda selaku CEO Brodo berkata, tim kreatif berperan penting sejak awal perusahaan berdiri. Terlebih bagi perusahaan seperti Brodo yang memang bergerak di industri kreatif.

Menurutnya, kreativitas harus menjadi karakter yang dimiliki seluruh anggota perusahaan di semua divisi. Soal apakah perlu membuat tim kreatif khusus, Yuka menyebut itu sangat bergantung pada kebutuhan dan kemampuan perusahaan.

“Kalau masih berjuang menemukan product market fit tentu saja tidak penting, karena yang utama adalah membangun produk yang baik,” ungkapnya.  

Di Brodo, tim kreatif berada di divisi pengembangan produk dan pemasaran. Sebagai produsen sepatu lokal, kreativitas desain dan kualitas produk menjadi ciri khas yang membedakan Brodo dengan merek sepatu lainnya.

Kreativitas juga menentukan konsep pemasaran yang dilakukan. Saat Brodo pertama berdiri pada 2017 lalu, mereka bereksplorasi pada konsep pemasaran digital.

Tak hanya memanfaatkan fitur Facebook Page untuk memasarkan produknya, mereka juga beriklan di Google Display Networks. Keduanya terbukti efektif meningkatkan penjualan kata Yuka.

Namun, cara dan konsep pemasaran akan berubah seiring perkembangan zaman. Yang terpenting adalah perusahaan konsisten dalam menyampaikan nilainya secara autentik kepada pelanggan.  

“Tidak ada formula pasti dalam kreativitas, semuanya berubah setiap waktu. Yang penting adalah konsisten dengan pesan yang disampaikan,” ungkapnya.

Kreativitas ada di berbagai divisi

Tim kreatif kata Shinta Nurfauzia, CEO Lemonilo memiliki peranan penting terutama ketika startup ingin merilis produknya ke pasar. Tim kreatif berperan mulai dari proses inkubasi ide produk, hingga pemasaran.

“Tim kreatif tidak harus selalu beranggotakan banyak orang, bisa saja cuma kamu dan seorang lainnya. Peranannya sangat penting, tetapi jumlahnya tak terlalu penting,” ungkap Shinta.

Setiap startup kata dia membutuhkan cara yang kreatif dalam menarasikan produknya. Hal ini penting untuk menarik perhatian dan traksi calon pengguna aplikasi atau produk yang dipasarkan. Apalagi jumlah pengguna biasanya menjadi metrik yang paling diperhatikan oleh investor ketika startup menggalang pendanaan.

Tim kreatif dalam sebuah perusahaan tak harus melulu bernama tim kreatif. Mereka bisa saja berada dalam tim produk, engineering, pengembangan bisnis, pemasaran, hingga penjualan.

Bahkan tim kreatif juga dapat berasal dari luar startup itu sendiri. Startup bisa menggunakan jasa agensi atau perusahaan pemasaran untuk mengonsep strategi pemasaran. Yang terpenting kata Shinta, kontrol mengenai proses kreatifnya tetap berada di startup bersangkutan.

“Menjalani proses kreatif berbeda dengan memiliki tim kreatif sendiri. Proses kreatif dimulai sejak ide, dan kamu bahkan bisa melakukannya sendiri. Ketika scale up, baru bisa membangun tim khusus. Tapi ingat, rekrutlah orang yang benar-benar dibutuhkan,” ujarnya.

Dalam hal pemasaran, tim kreatif biasanya mengonsep dan mengeksekusi strategi kampanye yang akan dilakukan. Meski begitu, Shinta tetap menyebut produk yang bagus sebagai kunci dari keberhasilan suatu kampanye pemasaran.

“Sebagus apa pun kampanyenya, bila produknya tidak mendapat respons yang baik, maka biaya yang dikeluarkan tidak akan sesesuai harapan,” katanya.

Bila berada dalam posisi seperti itu, dia
menyarankan para pendiri untuk mencatat respons dan kritik dari masyarakat.
Semua masukan baik atau buruk dapat digunakan untuk memperbaiki produk dan
kembali meluncurkannya di masa mendatang.

“Pemasaran yang baik ibaratnya menjadi bensin
bagi kendaraan. Bila produk atau kendaraanmu bagus, maka bensin bisa membuatnya
berjalan lebih cepat, tapi kalau produkmu tidak bagus, bensin hanya membuatnya
terbakar,” ujarnya.

Ia juga menyebut, pemasaran yang bagus tidak harus selalu mahal. Konsep pemasaran dengan membagikan contoh produk juga dapat menarik perhatian masyarakat.

Hal ini dilakukan perusahaannya ketika pertama kali mengenalkan produk mi instan sehat kepada masyarakat. Lemonilo membagikan 100 produknya secara gratis kepada calon pengguna, dan mempublikasikan respons mereka di media sosial.

Produk yang bagus secara akan membuat pengguna memberikan testimoni yang baik. Secara cuma-cuma, pengguna yang mendapatkan contoh produk secara gratis memberikan ulasannya yang baik di media sosial pribadinya. Kekuatan word-of-mouth inilah yang membuat produk Lemonilo mendapat perhatian masyarakat.

Ada dua indikator keberhasilan kampanye pemasaran menurut Shinta:

  • Apakah calon pengguna menggunakan kode promosi atau mengonsumsi contoh produk yang dibagikan?
  • Apakah calon pengguna bersedia membeli produknya setelah masa promosi usai?

Mengukur efektivitas tim kreatif

Bila sebuah startup memutuskan memiliki tim kreatif khusus, ada beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur efektivitasnya. Konsep ini bernama build, measure, learn;

Build (bangun)

Tahap pertama adalah membangun rencana dan konsep yang akan dilakukan, entah itu produk, atau pemasaran.

Measure (ukur)

Gunakan metrik yang jelas untuk mengukur berapa banyak waktu dan energi yang diperlukan dalam merilis atau memasarkan produk, dan bandingkan dengan hasilnya. Metrik bisa berupa penjualan, atau jumlah pengikut atau impresi di media sosial.

Learn (belajar)

Lakukan evaluasi dari setiap proses kreatif yang dilakukan. Bila meluncurkan produk, catat respons pengguna, kumpulkan tanggapan mereka dan jadikan sebagai bahan untuk mengembangkan produk lebih baik.

Cerita di atas merupakan inti sari dari video TIA Conference 2018. Kamu bisa tonton versi lengkapnya dalam pada video berikut ini.

(Diedit oleh Ancha Hardiansya)

Source: TechinAsia

Back To Top