skip to Main Content
Tip Membuat Proyeksi Keuangan Startup Saat Menggalang Dana Ke Investor

Tip Membuat Proyeksi Keuangan Startup Saat Menggalang Dana ke Investor

Dalam upaya fundraising, umumnya investor yang berniat menyuntikkan pendanaan ke sebuah startup tertarik melihat potensi keuangan perusahaan tersebut. Hal ini guna menentukan apakah investasi yang ia lakukan benar-benar layak atau tidak untuk dijalani.

Olehnya itu, investor biasa menginginkan laporan proyeksi keuangan sebagai bagian dari perencanaan bisnis startup yang bersangkutan agar bisa melangkah ke tahap kesepakatan pendanaan berikutnya.

Proyeksi keuangan dalam perencanaan bisnis ke depan haruslah optimis dan realistis, serta didasari ketelitian dalam mengamati pasar. Hal ini tidak hanya menjadi gambaran bagi investor perihal bagaimana perusahaan mengantisipasi pertumbuhan mereka ke depan, tetapi juga melihat risiko apa yang bisa saja terjadi.

Lantas apa saja kiat yang founder startup perlu lakukan untuk menyajikan proyeksi keuangan yang menarik dan bisa diterima oleh kalangan investor? Berikut tip dari Investment Associate Venturra Discovery, Karissa Adelaide dalam pemaparannya seputar topik proyeksi keuangan startup yang diselenggarakan oleh Innovation Factory.

Utamakan metriks keuangan yang jadi prioritas investor

Dalam setiap kegiatan fundraising, Investor pastinya akan memeriksa situasi terkini seputar pengembangan produk kamu, jumlah penggunamu, angka penghasilan keseluruhan, dan risiko yang menyertainya.

Dari kesekian hal tadi, sudah bukan rahasia jika indikator utama yang paling dilihat investor di sini adalah laporan keuangan yang disajikan melalui financial metric.

Metrik tersebut adalah angka-angka yang mendefinisikan performa keuangan kamu di hadapan investor, mulai dari aset, likuiditas neraca keuangan, arus kas operasional, dan yang paling utama: pertumbuhan laba bersih pada Laporan Laba Rugi.

Mengutamakan metriks mana yang perlu diprioritaskan dalam melakukan upaya fundraising seperti ini dirasa sangat penting bagi Karissa, karena pada dasarnya mendorong kesiapan startup tersebut apakah benar-benar siap untuk mengajukan fundraising atau tidak?.

Karissa mengatakan, sering kali menjumpai startup early-stage yang hendak menemui investor tetapi terpaku kepada growth yang masih ditunjukkan lewat vanity metrics seperti jumlah respons sosial media, pageview dan lainnya.

Padahal angka vanity metrics tersebut tidak terlalu membantu bagi bisnis mereka.

Karissa Adelaide,
Investment Associate Venturra Discovery

Di mata investor yang jeli, keberadaan metrik yang mendukung proyeksi keuangan ini jauh lebih penting dibandingkan ukuran angka seperti vanity metrics, yang biasanya dijadikan sebagai “bahan jualan” awal agar menarik minat investor.

Untuk melakukan pitching  kepada investor yang lebih memperhatikan aspek keuangan, Karissa dari Venturra Discovery menjelaskan umumnya ada tiga indikator krusial lainnya yang juga selalu diperhatikan oleh investor, yakni:

  • Variable Expenses – Investor akan melihat apakah performa keuanganmu efisien, terutama dalam menjalankan bisnis.
  • Operating Expenses – Investor memastikan tidak ada situasi yang berpotensi menjadi masalah di kemudian hari seperti overhire.
  • Marketing Expenses – Melalui indikator ini investor juga akan memperhitungkan unit economics startup kamu agar berimbang.

Tiga macam indikator di atas menentukan seberapa solid kondisi bisnis perusahaan sebenarnya dan bisa membantu keputusan investor apakah investasi ini layak dilakukan di masa depan.

Di samping beberapa indikator dan alasan tadi, ada juga faktor pertimbangan penting lain yang muncul berdasarkan hipotesa konsensus dari kalangan umum, seputar pandangan model bisnis yang menguntungkan.

Biasanya, sebuah model bisnis dianggap investor menguntungkan jika perhitungan angka Lifetime-value-customer (LTV) dalam unit ekonomisnya tiga kali lebih tinggi daripada angka Customer Acquisition Cost (CAC).

Seandainya perhitungan CAC perusahaan kamu terlalu tinggi dibandingkan LVT, bisa jadi bisnis yang kamu geluti tidak scalable sehingga terbuka peluang menyebabkan kerugian di kemudian hari. Apabila kamu ingin tahu bagaimana cara menghitung LTV dan CAC? Kamu bisa membacanya di sini.

Jika startup kamu hingga kini masih belum mengkategorikan pengeluaran  ke dalam satu di antara tiga kategori pengeluaran yang ada, maka ada baiknya untuk segera melakukan proses klasifikasi bisnis ini.

Karena kategorisasi pengeluaran yang tepat bisa meningkatkan visibilitas pengeluaran perusahaanmu dan memungkinkan perkiraan yang lebih akurat.

Penyajian data yang rapih bisa menjadi nilai tambah

Di samping menguraikan detail data keuangan, penting pula bagi startup untuk menyajikan data mereka secara terstruktur, rapih, dan mudah dibaca.

Sama halnya dengan proses presentasi atau pitching, aspek penyajian tampilan data dan detail yang menyertai pelaporan proyeksi keuangan juga merupakan penilaian tersendiri yang diperhatikan oleh investor.

Untuk itu, agar laporan finansial kamu dinilai baik oleh investor, Karissa menyarankan beberapa tip tambahan sebagai berikut:

  • Pastikan laporan keuangan kamu mudah dipahami lewat penggunaan beberapa indeks warna kolom penjelasan yang berbeda-beda.
  • Gunakan pewarnaan kolom yang cerah untuk angka yang tidak dihasilkan oleh formula perhitungan rumus utama. Untuk angka yang diperoleh dari formula, gunakanlah warna hitam.
  • Indikasikan secara gamblang konteks angka yang hendak dicantumkan ke dalam laporan, entah itu jenis mata uangnya (Rp,US$, dan lainnya) atau penggunaan persentase (%) pada bagian akhir numeral.
  • Jangan ragu menggunakan grafik untuk memvisualisasikan laporan keuangan yang kamu buat. Penyajian grafik berbentuk kolom biasanya cocok untuk menggambarkan jumlah. Sedangkan infografik garis, lebih efektif untuk dipakai memperlihatkan growth atau pertumbuhan keuanganmu.

(Diedit oleh Ancha Hardiansya)

This post Tip Membuat Proyeksi Keuangan Startup Saat Menggalang Dana ke Investor appeared first on Tech in Asia.

The post Tip Membuat Proyeksi Keuangan Startup Saat Menggalang Dana ke Investor appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: TechinAsia

Back To Top