Belajar dari Tiga Kartini Modern dalam Menyeimbangkan Karier dan Keluarga
Apa kamu sudah menonton film The Intern? Film ini menceritakan perjuangan Jules, seorang CEO dan pendiri sebuah startup fesyen, untuk menangani perusahaannya yang tengah berkembang pesat sekaligus menjaga keluarga kecilnya.
Dilema perempuan dalam mengutamakan keluarga atau karier tidak hanya terjadi di film saja. Di kehidupan nyata, ternyata banyak juga perempuan-perempuan yang harus memutar otak agar karier tetap jalan namun keluarga tidak terlupakan.
Dalam peringatan Hari Kartini ini, Tech in Asia Indonesia sempat berbincang dengan tiga perempuan yang berkarier di ranah teknologi dan telah berkeluarga. Mereka adalah Hanifa Ambadar (CEO FemaleDaily Network), Kartika Wohon (Legal Counsel Garena Indonesia), dan Vina Kasim (Country Marketing Leader, IBM).
Bagaimana pandangan ketiga Kartini modern ini tentang membagi peran antara karier dan keluarga?
Pentingnya komitmen dan disiplin
Komitmen dan disiplin adalah kunci dalam menjalani peran sebagai wanita karier ataupun ibu rumah tangga. Memiliki dua hal tersebut akan memudahkan Kartika dalam menjalani aktivitas dan mengatur fokus.
“Saya harus berkomitmen untuk melakukan pekerjaan kantor dengan sebaik mungkin, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih efisien,” ujar Kartika. Dengan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, ibu tiga anak ini bisa memiliki waktu lebih banyak dengan keluarganya tanpa khawatir pekerjaan belum selesai.
Disiplin dengan manajemen waktu. Buat jadwal kegiatan … bagikan juga dengan pasangan agar bisa berbagi tugas
Seorang perempuan juga bisa memerankan sangat banyak peran setiap harinya. Bisa jadi saat di kantor sedang sibuk-sibuknya, ternyata keluarga juga membutuhkan sosok ibu. Misalnya, saat anak ada acara sekolah, ada anggota keluarga lainnya sedang sakit, atau urusan rumah tangga lainnya.
Untuk itu, Hanifa menekankan pentingnya kedisiplinan dalam mengatur prioritas. Mana yang harus didahulukan dan dilakukan sendiri, serta mana yang bisa ditunda atau wakilkan kepada orang lain. Tidak jarang, ia harus sering kali menolak undangan acara, wawancara, atau menjadi pembicara karena fokusnya ke FemaleDaily Network dan keluarga.
Vina mengakui kalau perencanaan manajemen waktu dengan detail dapat banyak membantunya. “Disiplin dengan manajemen waktu. Buat jadwal kegiatan, dari mulai jadwal anak sekolah, ujian, pembagian rapor, daftar belanja, daftar menu makanan di rumah, jadwal belanja dan jadwal pekerjaan. Bagikan juga dengan pasangan agar bisa berbagi tugas,” tegas Vina.
Dukungan dari pasangan
Dalam buku berjudul Lean In yang ditulis oleh Sheryl Sandberg, COO Facebook tersebut menuliskan pentingnya peran pasangan dalam mendukung perkembangan karier perempuan.
“Saat memutuskan untuk menikah, temukan pasangan yang mencari partner setara. Seseorang yang berpikir bahwa perempuan itu harus pintar, memiliki opini sendiri, dan memiliki ambisi. Seseorang yang menghargai kesetaraan, bahkan bersedia berbagi tugas rumah tangga,” tulis Sandberg.
Dalam film The Intern, diceritakan bahwa suami Jules memiliki karier yang cemerlang. Namun, ia rela menjadi stay-at-home-dad atau “bapak rumah tangga”, di mana ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus anak dan urusan domestik lainnya. Hal tersebut dilakukannya sebagai bentuk dukungan terhadap karier Jules.
Vina pun mengakui hal yang sama. Ia menyarankan bagi perempuan yang memiliki keinginan untuk tetap berkarier agar mendiskusikan hal tersebut dengan pasangan untuk mendapatkan dukungannya.
“Diskusikan impian atau aspirasi kamu dari awal mulai berkomitmen untuk memulai berkeluarga. Termasuk terbuka dan transparan dalam urusan finansial. Kemudian sepakat dengan pembagian tugas dan komitmen, sehingga pasangan atau keluarga akan mendukung kita,” pesan Vina.
Hal senada diungkapkan Hanifa. Dukungan pasangan memberikannya ketenangan dalam bekerja karena anak-anak ada di tangan yang terpercaya. “Kalau suami mendukung, kita juga pasti lebih tenang dalam bekerja, dan suami juga mau membantu mengelola rumah tangga dan urusan anak,” ujar Hanifa.
Apabila kamu dan pasangan sama-sama bekerja, maka tidak ada salahnya meminta bantuan dari pihak ketiga untuk menangani urusan anak dan rumah tangga. Misalnya asisten rumah tangga, atau bahkan anggota keluarga lainnya yang bisa kamu percaya.
Libatkan anak
Selain pasangan, dukungan dari anak juga diperlukan untuk ibu yang berkarier. Untuk itu, perlu untuk sesekali melibatkan anak saat ibu bekerja. Sehingga mereka tahu apa pekerjaan ibunya, dan mengapa banyak waktu ibunya yang dihabiskan di luar rumah.
Salah satu cara yang dilakukan Vina adalah dengan menunjukkan iklan yang dikerjakannya bersama tim kepada anaknya. Terkadang, Vina membawa sang buah hati ke kantor untuk melihat seperti apa saat ia sedang bekerja. Hal itu juga ia jadikan sebagai salah satu cara belajar anak-anaknya.
“Itu merupakan cara saya mengajari dan menginspirasi mereka untuk mengejar impian dan bisa menjadi apapun yang mereka mau,” jelas Vina.
Hal yang sama juga dilakukan Hanifa di startup yang ia pimpin. Terkadang ia mengajak anaknya ke kantor saat harus bekerja di akhir pekan. Bahkan, Hanifa juga memiliki cara lain yang cukup unik.
“Ketika membutuhkan talent untuk foto, video, atau kegiatan apa pun di kantor, biasanya kita melibatkan anggota keluarga tim FemaleDaily Network. Selain cari yang gratisan, juga supaya keluarga mereka bisa melihat kegiatan istri atau suaminya di FemaleDaily Network, lalu bisa pulang bareng setelahnya,” canda Hanifa.
Hanifa juga menambahkan untuk sering menghabiskan waktu atau bertamasya bersama keluarga, dan mengintegrasikan kedua dunia tersebut semaksimal mungkin.
Lingkungan kerja yang kondusif
Menurut Kartika, salah satu tantangan dalam menjalani peran sebagai ibu dan wanita karier adalah dalam membagi waktu antara dua hal yang sama-sama penting. Untuk menghadapi dilema tersebut, memiliki lingkungan yang kondusif akan sangat membantu perempuan dalam menjalankan pekerjaan dan perannya sebagai ibu rumah tangga.
Vina merasa beruntung karena di IBM, ia mendapatkan lingkungan pekerjaan dan fasilitas kantor yang juga sangat mendukung wanita bekerja. Selain mendukung keberagaman atau diversity, fasilitas pendukung lainnya seperti tersedianya ruang menyusui, jam kerja yang fleksibel, dan dapat bekerja secara remote juga ditemukannya di IBM.
Sebagai CEO dan seorang ibu, Hanifa memahami pentingnya membangun suasana kerja yang kondusif. Di antaranya memperbolehkan karyawan membawa anak ke kantor ketika tidak ada pengasuh, atau memperbolehkan untuk kerja dari rumah saat anak sakit. Selain itu, Hanifa juga memberlakukan libur yang lebih panjang dari perusahaan pada umumnya saat Lebaran dan akhir tahun.
Mulai banyaknya perempuan yang mengambil peran ganda seperti Hanifa, Kartika, dan Vina, seakan memberikan validasi bahwa Kartini berhasil membawa semangatnya. Dunia perempuan tidak hanya sebatas di rumah saja, tapi bisa menjadi apa pun yang mereka inginkan. Tentunya, dengan dukungan dari berbagai pihak dan situasi yang kondusif.
Namun menurut Vina, ada baiknya kebebasan yang didapatkan perempuan saat ini digunakan secara bijak. Karena menjalankan dua peran yang berbeda, perempuan tetap harus bisa menyeimbangkan pikiran dan perasaan.
“Jangan membawa kekesalan di kantor ke rumah, begitu juga sebaliknya. Bila pendapatan kita sebagai wanita lebih besar dari suami, harus tetap diingat kalau suami adalah kepala keluarga, jadi tetap harus menghargai suami,” pesan Vina.
Dukungan dari sesama perempuan juga diperlukan. Yang menjalankan dua peran maupun hanya menjalankan satu peran sebaiknya bisa saling “damai” dan mau berbagi. “Untuk pebisnis, miliki partner sesama perempuan yang dapat memahami situasi kamu kalau kamu harus fokus dengan keluarga,” tambah Hanifa.
Lanjutkan perjuangan Kartini
Perjuangan Kartini pada awal abad ke-20 menyimpan banyak makna bagi para wanita di Indonesia. Hanifa menganggap bahwa perjuangan pahlawan nasional tersebut belum selesai. Ia berharap para wanita Indonesia senantiasa memiliki semangat tinggi, berpikiran maju, berkarya, menembus batas, dan memberi manfaat untuk orang-orang sekitarnya.
“Perempuan juga harus berani menentang ketidakadilan. Dan tentunya, perempuan harus memberi dukungan kepada perempuan lainnya. Because when women are empowered, everybody benefits,” ujar Hanifa.
Senada dengan pandangan Hanifa, Kartika juga memandang bahwa wanita Indonesia harus mengobarkan semangat Kartini dengan terus berkarya dan menunjukkan kerja nyata. “Jangan pernah berhenti berkarya dan meneruskan perjuangan Kartini yang telah dimulai dari dulu,” kata Kartika.
Tak ketinggalan, Vina memandang Hari Kartini sebagai pengingat pemberdayaan perempuan dan semangat untuk mau selalu belajar. Vina menambahkan, “Satu lagi maknanya, perempuan itu harus pintar supaya bisa mendidik anak agar jadi pintar.”
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
The post Belajar dari Tiga Kartini Modern dalam Menyeimbangkan Karier dan Keluarga appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: TechinAsia