Bagaimana Big Data Dapat Merevolusi Bisnis
Saat ini, kita hidup dengan data yang berlimpah. Mulai dari profil media sosial, barang belanja favorit, rute yang kita ambil setiap hari untuk berangkat kerja, dan sebagainya. Data-data tersebut berasal dari berbagai sumber, baik media sosial hingga aplikasi yang kita gunakan sehari-hari.
“Data adalah masa depan revolusi bisnis. Dan kita saat ini berada di permulaan revolusi big data,” ujar Aldila Septiadi, salah satu praktisi big data dalam acara Beyond the Hype Big data/Machine Learning yang diselenggarakan oleh Latiih beberapa waktu lalu.
Aldila menjelaskan, teknologi ini dapat membawa perubahan terhadap bisnis dalam berbagai sektor dan di berbagai aktivitas. Baik bisnis yang bergerak di ranah digital maupun konvensional, baik dari pemasaran maupun proses pengiriman barang. Itulah mengapa big data menjadi bagian dari revolusi di ranah bisnis.
“Sisi menarik dari big data adalah kemampuannya untuk mengautomasi berbagai hal, sehingga banyak efisiensi yang dapat dilakukan,” ujar Aldila.
Mengapa big data penting dalam bisnis?
Big data memiliki sifat high-volume, high-variety, dan high-velocity. Artinya, data yang ada sangat melimpah, ragamnya sangat banyak, dan bisa didapatkan secara real-time. Banyak informasi yang bisa didapat dari sana. Hasil pengolahan data pun bisa digunakan untuk berbagai aktivitas dalam bisnis.
Aldila mencontohkan, sejumlah bisnis pun kini mulai mencoba untuk memanfaatkan big data, bahkan untuk perusahaan yang sudah berdiri satu abad lebih dan cenderung bergerak konvensional.
Salah satu contohnya adalah UPS. Perusahaan logistik ini memanfaatkan analisis big data untuk meningkatkan operasional bisnis mereka. UPS memantau rute perjalanan 45.000 kendaraan pengantar mereka secara real-time. Mereka lalu melakukan efisiensi rute dan dapat menghemat lima belas juta galon bahan bakar per tahun.
Faktor pendorong big data makin naik daun
Aldila menjelaskan, ada empat faktor yang mendorong perkembangan big data. Yaitu ledakan data (explosion of data), perubahan dalam komponen teknologi penyimpanan (change in technology stack), peningkatan metode analisa (advancements in analytics method), dan persaingan (competitive pressure).
Setiap harinya, baik bisnis maupun konsumen, ternyata dapat menyumbangkan sekitar 2.500 kuadriliun data. Sembilan puluh persen dari data tersebut adalah unstructured data atau data tidak terstruktur. Artinya, data-data tersebut memiliki bentuk acak seperti teks, suara, video, dan lain sebagainya.
Perkembangan media sosial dan berbagai aplikasi yang kamu gunakan sehari-hari, menjadi faktor penunjang terjadinya ledakan data dan meroketnya beragam informasi.
Dengan ledakan data ini, setiap perusahaan dapat memantau seperti apa profil pengguna produk mereka, barang apa yang mereka sukai, seperti apa perilaku calon konsumen yang akan dituju, bahkan mengukur efektivitas sebuah strategi pemasaran, dan lain sebagainya.
Ledakan data juga ikut mempengaruhi perubahan pada teknologi penyimpanan. Sistem distribusi dan penyimpanan data tradisional tidak bisa lagi menangani kecepatan pemrosesan data yang begitu banyak. Oleh karena itu, berbagai inovasi dan produk hadir untuk melayani kebutuhan industri terhadap layanan big data. Salah satu contohnya adalah sistem distribusi Hadoop.
Kapasitas penyimpanan Hadoop memungkinkan untuk ditambah secara horisontal. Penyimpanan data juga tidak dilakukan secara terpusat, melainkan dipecah ke beberapa storage. Ketimbang sistem distribusi data tradisional, sistem ini lebih dapat mengakomodasipenyimpanan dan pendistribusian data yang berlimpah.
Temukan permasalahan apa yang ingin diselesaikan, bukan karena hanya kompetitor sudah menggunakan lalu ikut-ikutan
Dari segi metode analisis, big data memberikan waktu analisa data yang lebih cepat. Hal tersebut karena informasi yang diperlukan juga sudah bisa diakses secara real-time dengan informasi yang cukup akurat. Dengan kemampuan analisis yang lebih cepat dan menyeluruh, big data bisa dijadikan alat untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam bisnis, bahkan menemukan penipuan atau penyalahgunaan dalam sebuah sistem.
Faktor pendorong berkembangnya big data yang lain adalah persaingan antar bisnis. Pada contoh kasus UPS di atas, bisa dilihat bagaimana big data bisa membantu meningkatkan efisiensi sebuah bisnis.
Menurut Aldila, tidak jarang ia menemui perusahaan yang ingin ikut mengaplikasikan big data hanya karena kompetitornya sudah menggunakan big data. Padahal hal tersebut salah kaprah. “Temukan permasalahan apa yang ingin diselesaikan, bukan karena hanya kompetitor sudah menggunakan lalu ikut-ikutan,” tegasnya.
Jadi, perusahaan perlu tahu betul permasalahan apa yang ditemui dan seperti apa pemanfaatan big data yang diinginkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kalau memang belum perlu, sebaiknya hindari supaya tidak melakukan pengeluaran yang sia-sia.
Keberadaan big data memiliki peluang menjanjikan untuk merevolusi bisnis. Akan tetapi, Aldila menambahakan ada berbagai tantangan yang perlu dihadapi, terutama oleh perusahaan-perusahaan besar yang sudah cukup veteran.
Di antaranya, kekurangan sumber daya manusia, pengetahuan akan big data yang masih perlu ditingkatkan, dan yang paling penting, tentang mindset.
“Kadang kita agak segan untuk mencoba sesuatu yang baru. Jadi, kita terlalu nyaman dengan hal yang ada. Padahal, perusahaan perlu berubah dan menerima tantangan baru agar tetap dapat berjalan,” pungkas Aldila.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Bagaimana Big Data Dapat Merevolusi Bisnis appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: TechinAsia