skip to Main Content
Bagaimana Sebaiknya Startup Mengeksekusi Rencana Keuangan Setelah Kantongi Pendanaan

Bagaimana Sebaiknya Startup Mengeksekusi Rencana Keuangan Setelah Kantongi Pendanaan

Mengeksekusi rencana permodalan startup seringkali menjadi tantangan  yang dihadapi founder usai mengantongi pendanaan dari investor. Tantangan ini muncul di balik peristiwa keberhasilan putaran pendanaan suatu startup, terlepas dari berapa pun nilainya.

Jika kamu baru merintis perusahaan startup, ada baiknya memperhatikan sejumlah masukan dari para founder berikut ini, agar kamu bisa mengeksekusi perencanaan strategi bisnis dengan baik di saat modal yang kamu kantongi masih terhitung mencukupi.

Jangan ragu mempertimbangkan peran CFO

Bukan rahasia lagi jika proses penggalangan dana saat ini menjadi salah satu sumber kehidupan di dalam perintisan bisnis sebuah startup.

Menurut Anis Uzzaman, CEO sekaligus General Partner dari Pegasus Tech Ventures (dulunya Fenox Capital) dalam bukunya yang berjudul Startupedia. Pertumbuhan dan perkembangan sebuah startup bisa dipastikan lebih baik lagi jika terdapat aliran dana yang stabil dari berbagai sumber.

Oleh karena itu saat aliran dana berhasil diterima, proses kalkulasi dan perencanaan strategi keuangan yang matang menjadi salah satu fokus penting diperhatikan perusahaan. Ini sangat perlu agar tumbuh kembang mereka dan implementasi strategi bisa berjalan dengan baik.

Kemampuan financial projection bukan hal yang selalu bisa dikuasai semua founder dari awal masa perintisan sebuah startup. Terlebih lagi jika mereka berlatarbelakang pengembangan produk.

Jika segi perencanaan keuangan dirasa sudah tidak bisa dipegang lagi, founder dan CEO sudah sepatutnya menunjuk C level leader lain yang khusus membidani perencanaan keuangan mereka, atau biasa dikenal sebagai Chief Financial Officer (CFO).

Momentum kapan waktu yang tepat menunjuk figur CFO bisa menjadi pertimbangan yang harus dicermati perusahaan. Jika founder mempekerjakan figur CFO terlalu dini, hal tersebut bisa menjadi bentuk pengeluaran yang tidak mendukung growth perusahaan.

Namun jika founder menunjuk figur CFO terlalu lambat, mereka bisa saja kehilangan strategi keuangan utama yang membantu proses bisnis itu tumbuh.

Perlunya peran CFO ini diakui oleh Co-founder IDN Media, Winston Utomo yang juga mempertimbangkan pencarian figur CFO di perusahaan media yang ia miliki.

Menurutnya, peran CFO biasa diperlukan ketika perusahaan startup tersebut sudah memasuki fase putaran pendanaan Seri A ke atas, di mana ketika traksi bisnis telah mulai berjalan.

Upayakan alokasi budgeting yang tepat sesuai obyektif yang ingin dicari

Terlepas dari kebutuhan akan peran CFO itu sendiri, Winston Utomo menekankan bahwa pola pikir seputar alokasi keuangan yang strategis sudah sepatutnya dipertimbangkan founder semenjak awal startup itu dirintis.

Hal yang keliru apabila kamu sampai bingung memikirkan apa yang harus dilakukan dengan semua uang permodalan setelah didapat.

Winston Utomo,
Co-founder IDN Media

Founder kata Winston seharusnya sudah memiliki pandangan jangka panjang perencanaan modal sebelumnya. “Apa fokus yang mau diraih dengan modal tersebut.”

Pentingnya efisiensi alokasi budgeting ini juga disuarakan President sekaligus Founder Sociolla, Christopher M ketika Tech in Asia mewawancarainya setelah mengumumkan pendanaan Seri D di bulan September lalu.

Christ menjelaskan salah satu kiat utama dalam mengeksekusi rencana permodalan di startup adalah menakar budget yang tepat, sesuai kesepakatan kebutuhan yang memang dicari dari awal.

“Ini artinya, di saat fundraising pun kita bukan sekadar menggalang dana asal-asalan. Kita sudah memperkirakan berapa besar budgeting yang tepat sesuai dengan penggunaanya dan seberapa jauh kapasitasnya nanti,” ujar Christ.

Senada dengan Christ. Untuk memastikan budgeting yang efektif, CEO Sociolla, John Rasjid juga menyarankan agar founder teliti dalam melihat indikator atau metriks yang mendasari perlunya alokasi modal pada bagian tersebut.

Mungkin ada banyak hal yang masih cukup sulit untuk diukur ke dalam bentuk metriks. Namun ketelitian dalam proses reinvest ini sebetulnya bisa dilihat dari objektif apa yang ingin diraih sedari awal; apakah ingin mengejar traksi user, atau mengupayakan profitability.”

John menjelaskan tidak semua objektif bisa dipenuhi pada saat yang bersamaan, sehingga founder perlu memperhatikan seberapa efektif setiap dolar yang mereka taruh di sana.

Untuk itu, John mengungkapkan perlunya evaluasi di setiap upaya atau hal baru yang dikerjakan perusahaan. Bila peluang yang ada berhasil ditemukan, selanjutnya bisa dilakukan upaya double down atau eksekusi bisnis secara “menyeluruh”.

Upaya efisiensi semacam ini dianggap John dan Chris lebih baik untuk menghindari situasi overbudgeting yang umumnya menjadi momok bagi proses tumbuh kembang startup.

Kata Chris, salah satu hal yang mendorong overbudgeting biasanya muncul karena C level kehilangan fokus haluan mereka. Mereka terlena dengan situasi permodalan yang dirasa cukup banyak, sehingga tidak mengindahkan risiko bakar-bakar duit dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Chris yang terpenting dari mengeksekusi proses rencana permodalan (dan budgeting) ini adalah bagaimana cara founders supaya bisa mendefinisikan gol dari tujuan pendanaan mereka untuk apa.

“Persoalan how-to-nya akan selalu bisa kita evaluasi lagi ke depan, karena bagaimanapun juga yang kita cari adalah formula tepat untuk mendukung growth perusahaan,” ujar Chris.

(Diedit oleh Ancha Hardiansya)

This post Bagaimana Sebaiknya Startup Mengeksekusi Rencana Keuangan Setelah Kantongi Pendanaan appeared first on Tech in Asia.

The post Bagaimana Sebaiknya Startup Mengeksekusi Rencana Keuangan Setelah Kantongi Pendanaan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: TechinAsia

Back To Top