skip to Main Content
Hal Yang Perlu Diperhatikan Startup Jika Memasuki Fase Merger Dan Akuisisi

Hal yang Perlu Diperhatikan Startup Jika Memasuki Fase Merger dan Akuisisi

Proses merger dan akuisisi (M&A) merupakan strategi exit yang cukup sering terjadi dalam lingkup perkembangan bisnis startup di Indonesia.

Sejak awal 2019 hingga di Oktober ini, tercatat ada belasan proses akuisisi startup lokal yang resmi diberitakan kepada awak media, mulai dari peresmian merger empat  startup dari sektor SAS menjadi Mekari, hingga akuisisi Traveloka ke sejumlah pemain OTA di Asia Tenggara.

Menurut General Partner Access Ventures, Charles Rim yang pernah mengepalai jabatan Corporate Development di Google dan Yahoo, strategi exit semacam ini telah menjadi pola dan siklus berbisnis yang lumrah dalam ekosistem perkembangan startup, tak terkecuali di Silicon Valey di Amerika Serikat.

Berbekal pengalaman selama sekian tahun menduduki jabatan strategis di kedua perusahaan internet multinasional itu, Rim membagikan sedikit insight seputar aspek yang perlu diperhatikan kalangan founder ketika menghadapi pilihan bisnis untuk merger dan akuisisi.

Perlunya komitmen founder mempermudah proses deal dari awal

Komunikasi antara dua belah pihak saja belum cukup untuk menjadi landasan keputusan suatu proses merger dan akuisisi sebuah perusahaan. Menurut Rim, perlu ada upaya lebih yang harus dilakukan sendiri oleh perusahaan startup untuk mempermudah terjadinya deal merger dan akuisi. Salah satunya yakni upaya transparansi data sepanjang proses audit berlangsung.

Semakin kamu mempermudah pekerjaan pihak pembeli, semakin tinggi pula peluang untuk diakuisisi

,

Rim mengatakan, dalam situasi seperti ini, startup perlu membantu diri mereka dengan berkomitmen memberikan info seputar metrik kunci bisnis mereka, serta data hingga detail pasar yang digeluti.

Hal tersebut diperlukan untuk menyetarakan minat dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam proses akuisisi, agar proses deal bisa terjalin dalam waktu yang relatif singkat.

Rim memahami bahwa dalam proses merger dan akuisisi, tidak semua founder rela melepas perusahaan yang telah susah payah mereka dirikan begitu saja. Namun ketika dihadapkan dengan situasi semacam ini, founder startup juga perlu mengenyampingkan idealisme mereka guna memberikan itikad baik yang mendukung keberlangsungan proses bisnis perusahaannya di masa mendatang.

Sebagai founder, kamu benar-benar harus mengerti dan jujur kepada diri sendiri – apakah kamu bosan dengan bisnis ini? Apakah kamu ingin pergi, atau masih bersemangat melakukannya? Jika kamu lelah, mungkin ini adalah momen yang baik untuk mengambil keputusan exit.

Memang kata Rim, segala sesuatunya tidak selalu sesuai dengan yang diinginkan para founder saat awal mendirikan startup. Namun dalam situasi seperti ini kata dia, bukan lagi tentang orang di belakang layar, tetapi murni untuk kebutuhan bisnis . “Jadi, kenali pengakuisisi kamu dengan baik.”

Mengenali kriteria dan obyektif setiap penawar

Dari pengalamannya menjabat sebagai Corporate Development di Silicon Valley selama delapan tahun, Rim melihat bahwa proses merger bisnis di Asia Tenggara rata-rata hanya memiliki satu penawar tunggal. Ini menyebabkan founder tidak memiliki pilihan lain di luar pihak yang sudah menawar sebelumnya.

“Masalahnya di Asia Tenggara, biasanya hanya ada satu penawar. Padahal sebagai VC, ketika perusahaan akan [dibeli] perusahaan lain, ia menginginkan beberapa penawar. Ini membuat proses kesepakatan terjadi lebih cepat [karena penawar lain tidak ingin buang-buang waktu hingga menunggu kesepakatan yang lebih rendah],” ungkap Rim.

Meski demikian, Rim melihat bahwa potensi terhadap proses penawaran merger dan akuisisi yang melibatkan banyak pihak penawar mulai tumbuh sedikit demi sedikit. Ia mengambil contoh penawaran Grab terhadap startup Moca asal Vietnam yang mereka upayakan pada September tahun 2018 silam.

“[Grab] pada awalnya cukup lambat dan berhati-hati dalam tawar-menawar, namun begitu tahu bahwa ada beberapa pihak dalam proses penawaran tersebut, mereka mulai bergerak sangat cepat,” kenang Rim.

Berangkat dari pandangan tersebut, Rim memberikan sedikit gambaran agar founder siap menghadapi situasi merger dan akuisisi di kemudian hari.

Ia menunjukkan bahwa tiap-tiap pembeli dan investor akan memiliki kriteria dan obyektif yang berbeda dalam melakukan merger dan akuisisi. Untuk itu, sangatlah penting para pendiri startup untuk memahami faktor latar belakang ini di saat mereka juga menerima penawaran yang bersaing dari pihak lainnya.

Rim menekankan, jika memang dari awal sudah terbayang perencanaan untuk melakukan exit dengan cara ini, para founder harus sudah mempertimbangkan dan melakukan beragam observasi terhadap lingkup bisnis yang mereka selami, mulai dari mengetahui mana pihak pembeli yang potensial, investor, faktor pendukung akuisisi, dan lain-lain.

(Diedit oleh Ancha Hardiansya)

This post Hal yang Perlu Diperhatikan Startup Jika Memasuki Fase Merger dan Akuisisi appeared first on Tech in Asia.

The post Hal yang Perlu Diperhatikan Startup Jika Memasuki Fase Merger dan Akuisisi appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: TechinAsia

Back To Top